Rabu, 05 Juni 2013

Parasitologi - Laporan Pemeriksaan Jamur pada Manusia

A.    Judul Laporan : Pemeriksaan Jamur pada Manusia
B.     Tanggal Praktikum : 5 Mei 2013
C.     Waktu : 13 : 00
D.    Tempat Pengambilan Sampel : Lingkungan Pondok Sosial Keputih, Surabaya
E.     Tempat Praktikum : Laboratorium Kesehatan Lingkungan Surabaya
F.      Tujuan : Mahasiswa mampu untuk melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan jamur khususnya jamur kulit, kuku dan rambut.
G.    Dasar Teori
      Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain adalah dermatofita (dermatophyte, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan kulit) dan jamur serupa ragi candida albican, yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur superficial pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Jamur lainnya dapat menembus jaringan hidup dan menyebabkan infeksi dibagian dalam. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis).1

      Insidensi mikosis superfisial sangat tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas, oleh karena itu akan dibicarakan secara luas. Sebaliknya mikosis profunda jarang terdapat. Yang termasuk ke dalam mikosis superfisial terbagi 2: kelompok dermatofitosis dan non-dermatofitosis. Istilah dermatofitosis harus dibedakan di sini dengan dermatomikosis. Dermatofitosis ialah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Penyebabnya adalah dermatofita yang mana golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin. Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi dalam genus, yaitu microsporum, trichophyton, dan epidermophyton. Selain sifat keratolitik masih banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit.

      Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia, oleh karena negara kita beriklim tropis dan kelembabannya tinggi. Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan genus dermatofita, yang dapat mengenai kulit, rambut dan kuku. Manifestasi klinis bervariasi dapat menyerupai penyakit kulit lain sehingga selalu menimbulkan diagnosis yang keliru dan kegagalan dalam penatalaksanaannya. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan identifikasi laboratorik. Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Pada masa kini banyak pilihan obat untuk mengatasi dermatofitosis, baik dari golongan antifungal konvensional atau antifungal terbaru. Pengobatan yang efektif ada kaitannya dengan daya tahan seseorang, faktor lingkungan dan agen penyebab. Prevalensi di Indonesia, dermatosis akibat kerja belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah atau pemimpin perusahaan walaupun jenis dan tingkat prevalensinya cukup tinggi.

      Beberapa penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia antara lain: 30% dan pekerja penebang kayu di Palembang dan 11,8% dan pekerja perusahaan kayu lapis menderita dermatitis kontak utama Wijaya (1972) menemukan 23,75% dan pekerja pengelolaan minyak di Sumatera Selatan menderita dermatitis akibat kerja, sementara Raharjo (1982) hanya menemukan 1,82%. Sumamur (1986) memperkirakan bahwa 50-60% dari seluruh penyakit akibat kerja adalah dermatofitosis akibat kerja. Dari data sekunder ini terlihat bahwa dermatofitosis akibat kerja memang mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, walaupun jenis dermatofitosisnya tidak sama. Dan angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari persentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga persentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus dermatomikosis.3

            Mikosis Superfisialis

Mikosis superfisialis adalah penyakit infeksi mukokutaneus yang paling banyak
dijumpai, disebabkan oleh infeksi jamur dengan kedalaman infeksi 1-2 mm. Penyakit ini timbul akibat perubahan lingkungan mikro di kulit, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu dermatofitosis dan nondermatofitosis (Budimulja, 2002; Wolff, 2005; Odom dkk, 2000). 

      Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin), misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita (Budimulja, 2002). Terdiri atas:

a. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. 

b. Tinea korporis
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus (glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan dan glutea. 

c. Tinea kruris 
Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat paha, genitalia, dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah. 

d. Tinea pedis et manum 
Tinea pedis et manum adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki, serta daerah interdigital. 

e. Tinea unguium 
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita.

f. Tinea imbrikata
Tinea imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan sisik yang melingkar-lingkar dan terasa gatal. 

g. Tinea barbae 
Tinea barbae adalah infeksi jamur golongan dermatofitosis yang mengenai daerah jenggot, jambang dan kumis. 

Nondermatofitosis terdiri atas:

a. Pitiriasis versikolor
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan. Pitiriasis versikolor mengenai wajah, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha dan lipat paha. 

b. Piedra
Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan (nodus) sepanjang rambut, dan disebabkan oleh Piedra hortai (black piedra) atau Trichosporon beigelii (white piedra).

c. Kandidiasis
Kandidiasis adalah penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur intermediat yang menyerang kulit, subkutan, kuku, selaput lendir dan alat-alat dalam.

H.    Alat dan Bahan
Alat :
-          Mikroskop
-          Kapas
-          Pipet Tetes
-          Scapel                                     
-          Petridish                                 
-          Obyek Glass   
-          Cover Glass    
Bahan :
-          KOH 10 %
-          KOH 10 %
-          Alkohol

I.       Langkah Kerja :

1.      Kulit
-          Kulit yang akan diambil sampelnya dibersihkan dengan kapas alkohol 70% untuk menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya.  
-          Bagian yang aktif dan didapati jamur di kerok dengan skalpel dengan arah dari atas kebawah. 
-          Objek glass yang telah ditetesi KOH 10% 1-2 tetes diletakkan dibawah bagian yang dikerok (untuk melisiskan keratin)
-          Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir terlebih dahulu. Dikerok dengan skapel sehingga memperoleh skuama yang cukup.
-          Lalu tutup dengan cover glass.
-          Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc, kemudian dibawa ke lab
-          Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x – 40x.

2.      Rambut
-          Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus atau rambut yang warnanya tidak mengkilap lagi.
-          Objek glass tetesi dengan KOH 20%
-          Ambil sehelai rambut, potong dengan gunting
-          Letakkan di objek glass, tutup dengan cover glass
-          Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc, kemudian dibawa ke lab
-          Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x – 40x
3.      Kuku
-          Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang sudah rusak atau dari bahan kukunya sendiri.
-          Kuku dibersihkan dengan alkohol 70%.
-          Kemudian kuku di kerok menggunakan skapel dan taruh pada objek glass kemudian tuangi dengan KOH 20-40% 1-2 tetes dan tutup dengan cover glass.
-          Simpan di petridisc yang telah ada kapas beralkohol untuk diperiksa di lab
-          Fiksasi  sebanyak 3x kemudian periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x – 40x dan dilihat dibawah mikroskop perbesaran 10x. Dan yang dicari adalah hifa dan sporanya.

J.      Hasil Pengamatan
·         Kulit
Nama : Bu Ani
Hasil : Positif, terdapat hifa jamur
·         Rambut
Nama : Bu Nini
Hasil : Negatif
·         Kuku
Nama : Bu Yati
Hasil : Positif, terdapat senositif hifa tetapi tidak membentuk anyaman

K.    Kesimpulan

Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor. Jamu yang paling ditemukan di Indonesia adalah jamur kulit, kuku dan rambut. Dalam penelitian yang telah kami lakukan, jamur positif terdapat pada kuku dan kulit. Jamur yang didapat adalah hifa hifa jamur. Sedangkan pada rambut dalam penelitian yang kami lakukan tidak mendapatkan hasil negative. Untuk menghindari terjadinya jamur jamur tersebut dapat dilakukan dengan perilaku hidup bersih, hidup di lingkungan yang bersih, menerapkan pola hidup sehat dan memiliki kekebalan imun yang cukup.
Daftar Pustaka




Sabtu, 01 Juni 2013

Instrument : Midget Impinger



Midget Impinger ( alat untuk mengukur kandungan SO2, NO2, Hidrocarbon dan Ozone). Awalnya digunakan untuk sampling partikulat, namun saat kini lebih banyak digunakan untuk absorpsi gas. Umumnya jumlah cairan yang digunakan adalah 10 – 20 ml . Jika digunakan cairan terlalu banyak dapat menyebabkan kehilangan sampel. 25 ml standar Midget Impinger adalah 2 bagian kaca impinger dengan bertahap 5ml. Juga tersedia dalam konfigurasi fritted.
Impingers adalah Pyrex ® tabung gelembung kaca yang dirancang untuk koleksi bahaya udara menjadi medium cair. Bila menggunakan sampler udara pribadi, volume yang diketahui gelembung udara dipompa melalui tabung gelas yang berisi cairan ditentukan dalam metode. Cairan tersebut kemudian dianalisis untuk menentukan konsentrasi udara. Sebuah impinger dapat dipasang pada sisi pompa sampel udara atau dimasukkan ke sarungnya dan diletakkan di dekat zona bernapas pekerja.

Komponen Midget Impinger

1.      Pompa vakum : dibuat dengan sistem vibrasi ganda yang tahan korosi. Kecepatan hisap stabil dan dapat diatur dengan potensiometer
2.      Tabung impinger : tempat reaksi antara kontaminan udara dengan larutan penangkap. Dapat lebih dari satu tabung.
3.       “ Moisture adsorber” : tabung berisi bahan penyerap uap air untuk melindungi pompa dari korosi.
4.      “ Flow meter” : alat pengukur kecepatan aliran udara dengan metoda “ buble flow”

-      Contoh Spesifikasi  Midget Impinger Type CS-596 AC

1.      Kapasitas Hisap : Maximum 2, 0 Liter udara/ menit tanpa beban
2.      Teknologi Pengisap : Vibrasi katup ganda
3.      Jumlah Pompa Hisap : 5 unit ( independent) 
4.      Pengatur Hisapan : Saklar putar bertahap ( independent) 
5.      Lubang Hisap : 5 buah ukuran 1/ 4 inch
6.      Lubang Tiup/ Ukur : 5 buah ukuran 1/ 4 inch
7.      Catu Daya : AC 220V/ 50Hz/ 25VA
8.      Dimensi Mekanikal : Panjang 43 cm, Lebar 21 cm Tinggi 22 cm, Berat + / - 5 kg
9.      Perlengkapan Utama : 5 unit tabung reaksi ( impinger) ; 5 unit tabung pengaman 1 lot selang fleksibel ( 1/ 4 inch) , 1 buble flow meter.
10.  Kemampuan Operasi : 24 Jam ( endurance test) .

Cara Kerja / Prinsip Kerja Midget Impinger

Teknik analisa udara dengan impinger pada hakekatnya terdiri dari beberapa langkah yakni
1.      Menarik udara contoh dengan pompa hisap ke dalam tabung impinger yang berisi larutan penangkap.
2.      Mengukur kontaminan yang tertangkap atau bereaksi dengan larutan penangkap baik dengan metoda konvensional maupun instrumental.
3.      Menghitung kadar kontaminan dalam udara berdasarkan jumlah udara yang dipompa dan hasil pengukuran dari
Kalibrasi

Bukan merupakan alat kimia analitik, jadi pengkalibrasi dilakukan dengan cara menghidupkan sesekali agar tidak ada kerusakan pada komponen midget impinger. Tujuannya untuk mengecek pompa vacum dan perpipaan dalam keadaan baik

Cara Penyimpanan dan Perawatan           

 Alat laboratorium sebaiknya disimpan dalam keadaan kering dan bersih, jauh dari air, asam dan basa. Senyawa air, asam dan basa dapat menyebabkan kerusakan alat . Bahan kimia yang bereaksi dengan zat kimia lainnya menyebabkan bahan tersebut tidak berfungsi lagi dan menimbulkan zat baru, gas, endapan, panas serta kemungkinan terjadinya ledakan.

Penyimpannya diletakkan di dalam tas penyimpaanya dan diletakkan ditempat yang aman agar tidak tertindih barang lain. Selain itu tidak diperbolehkan langsung terkena martahari.
  
Daftar Pustaka

Bina Laaboratorium Indonesia, 2013. http://binalab-indonesia.indonetwork.co.id/2438434
       Diakses 29 Maret 2013
Buletin Sma Negeri 4 Padang, 2008. http://abynoel.wordpress.com/2008/07/07/pengenalan
       alat-labor-kelas-x/
Diakses 29 Maret 2013