A.
Judul Laporan : Pemeriksaan Jamur pada Manusia
B.
Tanggal
Praktikum : 5 Mei 2013
C.
Waktu : 13 : 00
D.
Tempat
Pengambilan Sampel :
Lingkungan Pondok Sosial Keputih, Surabaya
E.
Tempat Praktikum : Laboratorium
Kesehatan Lingkungan Surabaya
F.
Tujuan : Mahasiswa mampu untuk melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan
jamur khususnya jamur kulit, kuku dan
rambut.
G. Dasar Teori
Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada
manusia antara lain adalah dermatofita (dermatophyte, bahasa yunani, yang
berarti tumbuhan kulit) dan jamur serupa ragi candida albican, yang menyebabkan
terjadinya infeksi jamur superficial pada kulit, rambut, kuku, dan selaput
lendir. Jamur lainnya dapat menembus jaringan hidup dan menyebabkan infeksi
dibagian dalam. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat
(misetoma) atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis).1
Insidensi
mikosis superfisial sangat tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat
luas, oleh karena itu akan dibicarakan secara luas. Sebaliknya mikosis profunda
jarang terdapat. Yang termasuk ke dalam mikosis superfisial terbagi 2: kelompok
dermatofitosis dan non-dermatofitosis. Istilah dermatofitosis harus dibedakan
di sini dengan dermatomikosis. Dermatofitosis ialah penyakit pada jaringan yang
mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan
kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Penyebabnya adalah dermatofita
yang mana golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin. Dermatofita
termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi dalam genus, yaitu microsporum,
trichophyton, dan epidermophyton. Selain sifat keratolitik masih banyak sifat
yang sama di antara dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis, antigenik,
kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit.
Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai
prevalensi tinggi di Indonesia, oleh karena negara kita beriklim tropis dan
kelembabannya tinggi. Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial yang
disebabkan genus dermatofita, yang dapat mengenai kulit, rambut dan kuku.
Manifestasi klinis bervariasi dapat menyerupai penyakit kulit lain sehingga
selalu menimbulkan diagnosis yang keliru dan kegagalan dalam
penatalaksanaannya. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan identifikasi laboratorik.
Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Pada masa kini banyak
pilihan obat untuk mengatasi dermatofitosis, baik dari golongan antifungal
konvensional atau antifungal terbaru. Pengobatan yang efektif ada kaitannya
dengan daya tahan seseorang, faktor lingkungan dan agen penyebab. Prevalensi di
Indonesia, dermatosis akibat kerja belum mendapat perhatian khusus dari
pemerintah atau pemimpin perusahaan walaupun jenis dan tingkat prevalensinya
cukup tinggi.
Beberapa penelitian yang pernah dilakukan
di Indonesia antara lain: 30% dan pekerja penebang kayu di Palembang dan 11,8%
dan pekerja perusahaan kayu lapis menderita dermatitis kontak utama Wijaya
(1972) menemukan 23,75% dan pekerja pengelolaan minyak di Sumatera Selatan
menderita dermatitis akibat kerja, sementara Raharjo (1982) hanya menemukan
1,82%. Sumamur (1986) memperkirakan bahwa 50-60% dari seluruh penyakit akibat
kerja adalah dermatofitosis akibat kerja. Dari data sekunder ini terlihat bahwa
dermatofitosis akibat kerja memang mempunyai prevalensi yang cukup tinggi,
walaupun jenis dermatofitosisnya tidak sama. Dan angka insidensi dermatofitosis
pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di
Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari persentase terendah sebesar 4,8 %
(Surabaya) hingga persentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh
kasus dermatomikosis.3
Mikosis
Superfisialis
Mikosis
superfisialis adalah penyakit infeksi mukokutaneus yang paling banyak
dijumpai, disebabkan oleh infeksi jamur dengan kedalaman
infeksi 1-2 mm. Penyakit ini timbul akibat perubahan lingkungan mikro di kulit,
yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu dermatofitosis dan nondermatofitosis
(Budimulja, 2002; Wolff, 2005; Odom dkk, 2000).
Dermatofitosis adalah penyakit pada
jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin), misalnya stratum korneum pada
epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita
(Budimulja, 2002). Terdiri atas:
a. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan kulit
pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur golongan
dermatofita.
b. Tinea korporis
Tinea korporis adalah infeksi jamur
dermatofita pada kulit halus (glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan dan
glutea.
c. Tinea kruris
Tinea kruris adalah penyakit infeksi
jamur dermatofita di daerah lipat paha, genitalia, dan sekitar anus, yang dapat
meluas ke bokong dan perut bagian bawah.
d. Tinea pedis et manum
Tinea pedis et manum adalah penyakit
yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita di daerah kulit telapak tangan
dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki, serta daerah
interdigital.
e. Tinea unguium
Tinea unguium adalah kelainan kuku
yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita.
f. Tinea imbrikata
f. Tinea imbrikata
Tinea imbrikata adalah penyakit yang
disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa
kulit bersisik dengan sisik yang melingkar-lingkar dan terasa gatal.
g. Tinea barbae
Tinea barbae adalah infeksi jamur
golongan dermatofitosis yang mengenai daerah jenggot, jambang dan kumis.
Nondermatofitosis terdiri atas:
a. Pitiriasis versikolor
Pitiriasis versikolor adalah infeksi
jamur superfisial pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia
furfur atau Pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan
biasanya tanpa peradangan. Pitiriasis versikolor mengenai wajah, leher, badan,
lengan atas, ketiak, paha dan lipat paha.
b. Piedra
Piedra adalah infeksi jamur pada
rambut, ditandai dengan benjolan (nodus) sepanjang rambut, dan disebabkan oleh
Piedra hortai (black piedra) atau Trichosporon beigelii (white piedra).
c. Kandidiasis
c. Kandidiasis
Kandidiasis adalah penyakit kulit
akut atau subakut, disebabkan jamur intermediat yang menyerang kulit, subkutan,
kuku, selaput lendir dan alat-alat dalam.
H. Alat dan Bahan
Alat :
-
Mikroskop
-
Kapas
-
Pipet Tetes
-
Scapel
-
Petridish
-
Obyek Glass
-
Cover Glass
Bahan :
-
KOH 10 %
-
KOH 10 %
-
Alkohol
I. Langkah Kerja :
1.
Kulit
-
Kulit yang akan diambil sampelnya dibersihkan dengan
kapas alkohol 70% untuk menghilangkan lemak, debu dan kotoran
lainnya.
-
Bagian yang aktif dan didapati jamur di kerok dengan
skalpel dengan arah dari atas kebawah.
-
Objek glass yang telah ditetesi KOH 10% 1-2 tetes
diletakkan dibawah bagian yang dikerok (untuk melisiskan keratin)
-
Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif,
yaitu daerah pinggir terlebih dahulu. Dikerok dengan skapel sehingga memperoleh
skuama yang cukup.
-
Lalu tutup dengan cover glass.
-
Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc,
kemudian dibawa ke lab
-
Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa
dibawah mikroskop perbesaran 10x – 40x.
2.
Rambut
-
Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus
atau rambut yang warnanya tidak mengkilap lagi.
-
Objek glass tetesi dengan KOH 20%
-
Ambil sehelai rambut, potong dengan gunting
-
Letakkan di objek glass, tutup dengan cover glass
-
Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc,
kemudian dibawa ke lab
-
Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa
dibawah mikroskop perbesaran 10x – 40x
3.
Kuku
-
Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku
yang sudah rusak atau dari bahan kukunya sendiri.
-
Kuku dibersihkan dengan alkohol 70%.
-
Kemudian kuku di kerok menggunakan skapel dan taruh
pada objek glass kemudian tuangi dengan KOH 20-40% 1-2 tetes dan tutup dengan
cover glass.
-
Simpan di petridisc yang telah ada kapas beralkohol
untuk diperiksa di lab
-
Fiksasi sebanyak
3x kemudian periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x – 40x dan dilihat dibawah
mikroskop perbesaran 10x. Dan yang dicari adalah hifa dan sporanya.
J. Hasil Pengamatan
·
Kulit
Nama
: Bu Ani
Hasil
: Positif, terdapat hifa jamur
·
Rambut
Nama
: Bu Nini
Hasil
: Negatif
·
Kuku
Nama
: Bu Yati
Hasil
: Positif, terdapat senositif hifa tetapi tidak membentuk anyaman
K. Kesimpulan
Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit
pada manusia. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor. Jamu yang paling
ditemukan di Indonesia adalah jamur kulit, kuku dan rambut. Dalam penelitian
yang telah kami lakukan, jamur positif terdapat pada kuku dan kulit. Jamur yang
didapat adalah hifa hifa jamur. Sedangkan pada rambut dalam penelitian yang
kami lakukan tidak mendapatkan hasil negative. Untuk menghindari terjadinya
jamur jamur tersebut dapat dilakukan dengan perilaku hidup bersih, hidup di
lingkungan yang bersih, menerapkan pola hidup sehat dan memiliki kekebalan imun
yang cukup.
Daftar Pustaka
Aini, nia. 2010. http://niaaini.blogspot.com/2010/07/mikosis-superfisialis.html
diakses 10 Juni 2013
Education, 2009 http://kuliahitukeren.blogspot.com/2011/03/penyakit-dermatofitosis.html
diakses 10 Juni 2013