A.
Judul
Laporan :
Pemeriksaan Parasit Pada Faeses Manusia
B.
Tanggal
Praktikum : 10 April 2013
C.
Tempat
Praktikum :
Laboratorium Kesehatan Lingkungan Surabaya
D.
Tujuan :
Mahasiswa
mampu untuk melakukan pemeriksaan feses manusia
untuk mengindentifikasi secara makroskopik
dan mikroskopik
E.
Dasar
Teori
Kecacingan
Kecacingan, atau cacingan dalam istilah sehari-hari,
adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dalam tubuh.
(Wikipedia)
Sedangakan menurut Yolianingsih
cacingan itu sendiri adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh parasit,
dan parasit merupakan mahluk yang sangat kecil yang menyerang tubuh tempat
melekatkan dirinya dan mengambil nutrisi dan menyebabkan gangguan kesehatan.
Cacingan
adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis cacing-cacing khusus yang
ditularkan melalui tanah dan sarana penularan lainnya. Tempat bersarang
cacing-cacing ini di dalam tubuh manusia pun berbeda, ada yang bersarang di
usus halus seperti cacing gelang dan cacing tambang. Ada juga yang bermukim di
usus besar seperti cacing cambuk.
Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan
sub-tropis, dan biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut,
sungai dan kakus meluap, dan larva (masa hidup setelah telur) cacing menyebar
ke berbagai tempat yang sangat mungkin dapat bersentuhan dan masuk ke dalam
tubuh manusia. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu
untuk berkembang. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian
besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan. (Galuh Fatwa, AMAK)
Cacingan merupakan istilah
umum yang digunakan untuk menggambarkan infestasi cacing pada manusia. Beberapa
jenis cacing yang sering ditemukan dalam kasus cacingan di Indonesia adalah
cacing tambang, cacing kremi, cacing gelang, dan cacing cambuk. Gejala yang
ditimbulkan jenis cacing itu berbeda, namun secara umum yang tampak adalah:
-
Lemas, lesu, pucat.
-
Nafsu makan turun.
-
Bagian tangan dan kaki tampak kurus, namun perut terlihat membuncit.
-
Sakit perut, diare.
-
Mual, muntah, dan kembung.
-
Pada kondisi yang berat, dapat menyebabkan kekurangan darah dan gizi yang berat
sehingga anak gagal tumbuh (terutama pada infestasi cacing tambang dan cacing
gelang).
-
Gatal di daerah dubur yang sangat, terutama pada malam hari (pada infestasi
cacing kremi).
Anak di atas 6 bulan dapat
diberikan obat cacing jika memang diperlukan, dengan pemantauan yang ketat, dan
mempertimbangkan baik buruknya terhadap kondisi anak (keuntungan dibanding efek
samping). Obat yang direkomendasikan untuk anak batita,
di antaranya obat berbahan aktif piperazin sitrat maupun yang sejenis, pirantel
pamoat, dan albendazol (untuk anak diatas usia 2 tahun).
(konsultasisyariah)
Cacing
Penyebab Cacingan
Penyakit infeksi cacing dapat di sebabkan oleh beberapa jenis cacing,
dintaranya adalah Ascaris lumbricoides yang menyebabkan
askariasis. Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan
oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua
terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit. Inang dari Askariasis adalah
manusia. Di manusia, larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan
menagdakan kopulasi serta akhirnya bertelur.
Enterobius vermicucularis yang menyebabkan
enterobiasis. Enterobiasis
merupakan suatu infeksi cacing yang disebabkan oleh cacing Oxyuris
vermicularis ( Enterobius vermicularis ,seatworm atau pinworm) atau yang
biasa disebut cacing kremi. Manusia adalah satu-satunya hospes Oxyuris
vermicularis cacing ini umumnya menyerang anak-anak yang kebersihan
diri dan lingkungannya kurang di perhatikan.penyakit ini lebih sering di
temukan di daerah dingin dari pada di daerah panas. Hal ini mungkin terjadi
karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan mengganti baju
dalam.
Pencegahan
-
Hati-hati
bila makan makanan mentah atau setengah matang terutama pada
tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang
-
Masak
bahan makanan sampai matang
-
Infeksi
cacing tambang bisa dihindari dengan selalu mengenakan alas kaki.
-
Gunakan
desinfektan setiap hari di tempat mandi dan tempat buang air besar.
-
Cucilah tangan dengan sabun hingga bersih
sebelum makan.
-
Kuku harus selalu bersih dan terawat dengan cara
memotongnya.
-
Menggigit kuku atau menggaruk bagian tempat
keluarnya feses harus selalu dihindari.
-
Mandilah pagi hari.
-
Bukakanlah jendela kamar, biarkan cahaya
matahari masuk karena telur cacing sangatlah sensitif terhadap sinar matahari.
-
Untuk makanan yang akan dikonsumsi haruslah
sehat dan bersih. Biasakan mengkonsumsi makanan yang telah dimasak dengan
sempurna.
Pengertian Faeces
Feses merupakan Sisa hasil
pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan, dikeluarkan lewat anus
dari saluran cerna. Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan
sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri
apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol,
skatol,sterkobilinogen dan bahan
patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x
/ minggu. Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa
makanan dalam tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat
dan tidak dapat diabsorpsi secara sempurna.
Pemeriksaan
- Adanya diare dan konstipasi
- Adanya darah dalam tinja
- Adanya lendir dalam tinja
- Adanya ikterus
- Adanya gangguan pencernaan
- Kecurigaan penyakit gastrointestinal
- Adanya diare dan konstipasi
- Adanya darah dalam tinja
- Adanya lendir dalam tinja
- Adanya ikterus
- Adanya gangguan pencernaan
- Kecurigaan penyakit gastrointestinal
Syarat
Pengumpulan Feces :
-
Tempat harus bersih, kedap, bebas dari
urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda
simpan pada almari es.
-
Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth,
dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
-
Diambil dari bagian yang paling mungkin
memberi kelainan.
-
Paling baik dari defekasi spontan atau
Alur
pemeriksaan
Pengumpulan
bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja, Pemeriksaan tinja,
serta Pelaporan hasil pemeriksaan.
Jika
akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi
kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang
tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsure-unsur patologik
biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat
dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative),
+, ++ atau +++ saja.
Pemeriksaan
feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas :
–
Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi,
warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus
segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
–
Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit,
eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan
adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing
menandakan harus diobatinya pasien dari
infeksi parasit tersebut.
infeksi parasit tersebut.
- Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin dalam feses / tinja
F. Alat dan Bahan
-
Alat
1. Lidi
2. Cover
glass
3. Object
glass
4. Pipet
5. Mikroskop
-
Bahan
1. Fases
manusia
Dari :
Nama : Akbar ( L )
Umur : 2th
Alamat : Jl. Keputih Tegal gang 5
Kebiasaan : Tidak memakai celana, sandal
yang digunakan kotor, tubuh ada bintil-
bintil
bintil
Lingkungan
: di kawasan TPA, pekerjaan
orang tua pemulung, hewan peliharaan
berkeliaran bebas, banyak sampah berserakan, lingkungan becek
berkeliaran bebas, banyak sampah berserakan, lingkungan becek
2. Lugol
3. Eosin
G.
Langkah
Kerja
-
Homogenkan feses dengan lidi
-
Tuangkan 1 tetes lugol dan eosin ke
object glass yang berbeda agar telur dapat mudah dilihat
-
Feses yang telah dihomogenkan di
letakkan di object glass dengan lidi
-
Ratakan dengan lidi
-
Tutup dengan cover glass
-
Periksa di mikroskop pada perbesaran 10x
– 40x
H.
Hasil
Pengamatan
-
Secara
Makroskopik :
Bau = Menyengat
Warna = Hijau Tua
Konsistensi = Lembek
Lendir = Tidak Ada
Darah = Tidak Ada
Bau = Menyengat
Warna = Hijau Tua
Konsistensi = Lembek
Lendir = Tidak Ada
Darah = Tidak Ada
-
Secara
Mikroskopik:
SM = ada
B = tidak ada
L = tidak ada
E = tidak ada
P = tidak ada
SM = ada
B = tidak ada
L = tidak ada
E = tidak ada
P = tidak ada
I. Kesimpulan :
-
Pada pemeriksaan, tidak ditemukan telur
cacing pada feses. Jadi hasil dari praktikum feses adalah ( - )
-
Pemeriksaan parasit pada feses dengan 3
pemeriksaan, yaitu sbb,
a. Makro
: Bau, warna, konsistensi, lender, dan darah
b. Mikro:
leokosit, eritrosit, dan parasit
c. Pemeriksaan
kimia
-
Cacingan mudah menyerang pada anak anak
-
Hidup bersih adalah salah satu usaha
agar terhindar dari penyakit cacingan
Daftar Pustaka
Hendro,
2012. http://analisbantul.blogspot.com/2012/11/pemeriksaan-laboratorium-pada-tinja.html
diakses 12 April 2013
Budi,
siska. 2012. Pemeriksaan Feses http://siska-theanalyst.blogspot.com/2012/05/pemeriksaan-feses.html
diakses
12 April 2013
http://www.indonesian-publichealth.com/2012/12/penularan-penyakit-karena-cacing-dan-tanah.html
diakses 12 April 2013
http://analismuslim.blogspot.com/2011/11/penularan-dan-pencegahan-penyakit.html
diakses 12 April 2013
http://aditya-pandhu.blogspot.com/2010/04/ascaris-lumbricoides-cacing-perut.html
diakses 12 April 2013
mau jadi jutawan mendadak?
BalasHapusayo buruan gabung di poker899.vip
uji kehokianmu disini.
WHATSAPP: +855884660017
LINE : POKER899