Selasa, 02 Juli 2013

Pemeriksaan Parasit Faeses Pada Manusia


A.    Judul Laporan          : Pemeriksaan Parasit Pada Faeses Manusia
B.     Tanggal Praktikum   : 10 April 2013
C.    Tempat Praktikum   : Laboratorium Kesehatan Lingkungan Surabaya
D.    Tujuan                       : Mahasiswa mampu untuk melakukan pemeriksaan feses manusia
  untuk mengindentifikasi secara makroskopik dan mikroskopik
E.     Dasar Teori
Kecacingan
            Kecacingan, atau cacingan dalam istilah sehari-hari, adalah kumpulan gejala gangguan kesehatan akibat adanya cacing parasit di dalam tubuh. (Wikipedia)
            Sedangakan menurut Yolianingsih cacingan itu sendiri adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh parasit, dan parasit merupakan mahluk yang sangat kecil yang menyerang tubuh tempat melekatkan dirinya dan mengambil nutrisi dan menyebabkan gangguan kesehatan.
            Cacingan adalah penyakit yang disebabkan oleh jenis cacing-cacing khusus yang ditularkan melalui tanah dan sarana penularan lainnya. Tempat bersarang cacing-cacing ini di dalam tubuh manusia pun berbeda, ada yang bersarang di usus halus seperti cacing gelang dan cacing tambang. Ada juga yang bermukim di usus besar seperti cacing cambuk.
Cacingan merupakan penyakit khas daerah tropis dan sub-tropis, dan biasanya meningkat ketika musim hujan. Pada saat tersebut, sungai dan kakus meluap, dan larva (masa hidup setelah telur) cacing menyebar ke berbagai tempat yang sangat mungkin dapat bersentuhan dan masuk ke dalam tubuh manusia. Larva cacing yang masuk ke dalam tubuh perlu waktu 1-3 minggu untuk berkembang. Manusia merupakan hospes beberapa nematoda usus. Sebagian besar nematoda ini menyebabkan masalah kesehatan. (Galuh Fatwa, AMAK)

Cacingan merupakan istilah umum yang digunakan untuk menggambarkan infestasi cacing pada manusia. Beberapa jenis cacing yang sering ditemukan dalam kasus cacingan di Indonesia adalah cacing tambang, cacing kremi, cacing gelang, dan cacing cambuk. Gejala yang ditimbulkan jenis cacing itu berbeda, namun secara umum yang tampak adalah:
- Lemas, lesu, pucat.
- Nafsu makan turun.
- Bagian tangan dan kaki tampak kurus, namun perut terlihat membuncit.
- Sakit perut, diare.
- Mual, muntah, dan kembung.
- Pada kondisi yang berat, dapat menyebabkan kekurangan darah dan gizi yang berat sehingga anak gagal tumbuh (terutama pada infestasi cacing tambang dan cacing gelang).
- Gatal di daerah dubur yang sangat, terutama pada malam hari (pada infestasi cacing kremi).
Anak di atas 6 bulan dapat diberikan obat cacing jika memang diperlukan, dengan pemantauan yang ketat, dan mempertimbangkan baik buruknya terhadap kondisi anak (keuntungan dibanding efek samping). Obat yang direkomendasikan untuk anak batita, di antaranya obat berbahan aktif piperazin sitrat maupun yang sejenis, pirantel pamoat, dan albendazol (untuk anak diatas usia 2 tahun). (konsultasisyariah)

Cacing Penyebab Cacingan

            Penyakit infeksi cacing dapat di sebabkan oleh beberapa jenis cacing, dintaranya adalah  Ascaris lumbricoides yang menyebabkan askariasis. Askariasis adalah penyakit parasit yang disebabkan oleh cacing gelang Ascaris lumbricoides. Askariasis adalah penyakit kedua terbesar yang disebabkan oleh makhluk parasit. Inang dari Askariasis adalah manusia. Di manusia, larva Ascaris akan berkembang menjadi dewasa dan menagdakan kopulasi serta akhirnya bertelur.

Enterobius vermicucularis yang menyebabkan enterobiasis. Enterobiasis merupakan suatu infeksi cacing yang disebabkan oleh cacing Oxyuris vermicularis ( Enterobius vermicularis ,seatworm atau pinworm) atau yang biasa disebut cacing kremi. Manusia adalah satu-satunya hospes Oxyuris vermicularis  cacing ini umumnya menyerang anak-anak yang kebersihan diri dan lingkungannya  kurang di perhatikan.penyakit ini lebih sering di temukan di daerah dingin dari pada di daerah panas. Hal ini mungkin terjadi karena pada umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan mengganti baju dalam.

Pencegahan
-          Hati-hati bila makan makanan mentah atau setengah matang terutama  pada tempat-tempat dimana sanitasi masih kurang
-          Masak bahan makanan sampai matang
-          Infeksi cacing tambang bisa dihindari dengan selalu mengenakan alas kaki.
-          Gunakan desinfektan setiap hari di tempat mandi dan tempat buang air besar.
-          Cucilah tangan dengan sabun hingga bersih sebelum makan.
-          Kuku harus selalu bersih dan terawat dengan cara memotongnya.
-          Menggigit kuku atau menggaruk bagian tempat keluarnya feses harus selalu dihindari.
-          Mandilah pagi hari.
-          Bukakanlah jendela kamar, biarkan cahaya matahari masuk karena telur cacing sangatlah sensitif terhadap sinar matahari.
-          Untuk makanan yang akan dikonsumsi haruslah sehat dan bersih. Biasakan mengkonsumsi makanan yang telah dimasak dengan sempurna.

Pengertian Faeces
Feses merupakan Sisa hasil pencernaan dan absorbsi dari makanan yang kita makan, dikeluarkan lewat anus dari saluran cerna. Dalam keadaan normal dua pertiga tinja terdiri dari air dan sisa makanan, zat hasil sekresi saluran pencernaan, epitel usus, bakteri apatogen, asam lemak, urobilin, debris, celulosa gas indol, skatol,sterkobilinogen dan  bahan patologis. Normal : 100 – 200 gram / hari. Frekuensi defekasi : 3x / hari – 3x / minggu. Pada keadaan patologik seperti diare didapatkan peningkatan sisa makanan dalam tinja, karena makanan melewati saluran pencernaan dengan cepat dan tidak dapat diabsorpsi secara sempurna.
Pemeriksaan
- Adanya diare dan konstipasi
- Adanya darah dalam tinja
- Adanya lendir dalam tinja
- Adanya ikterus
- Adanya gangguan pencernaan
- Kecurigaan penyakit gastrointestinal
Syarat Pengumpulan Feces :
-          Tempat harus bersih, kedap, bebas dari urine, diperiksa 30 – 40 menit sejak dikeluarkan. Bila pemeriksaan ditunda simpan pada almari es.
-          Pasien dilarang menelan Barium, Bismuth, dan Minyak dalam 5 hari sebelum pemeriksaan.
-          Diambil dari bagian yang paling mungkin memberi kelainan.
-          Paling baik dari defekasi spontan atau

Alur  pemeriksaan
Pengumpulan bahan Pemeriksaan, Pengiriman dan Pengawetan bahan tinja, Pemeriksaan tinja, serta Pelaporan hasil pemeriksaan.
Jika akan memeriksa tinja, pilihlah selalu sebagian dari tinja itu yang memberi kemungkinan sebesar-besarnya untuk menemui kelainan umpamanya bagian yang tercampur darah atau lendir dan sebagainya. Oleh Karen unsure-unsur patologik biasanya tidak terdapat merata, maka hasil pemeriksaan mikroskopis tidak dapat dinilai derajat kepositifannya dengan tepat, cukup diberi tanda – (negative), +, ++ atau +++ saja.
Pemeriksaan feces lengkap merupakan pemeriksaan feces yang terdiri atas : 
– Pemeriksaan makroskopik (dapat dilihat dengan mata telanjang: konsistensi, warna, darah, lendir). Adanya darah dan lendir menandakan infeksi yang harus segera diobati, yaitu infeksi karena amuba atau bakteri shigella.
– Pemeriksaan mikroskopik (hanya dapat dilihat melalui mikroskop: leukosit, eritrosit, epitel, amilum, telur cacing dan amuba). Adanya amuba menandakan adanya infeksi saluran cerna terhadap amuba tersebut, dan adanya telur cacing menandakan harus diobatinya pasien dari
infeksi parasit tersebut.

-  Pemeriksaan kimia : untuk mengetahui adanya  Darah Samar, Urobilin, Urobilinogen, Bilirubin dalam feses / tinja
F.     Alat dan Bahan

-          Alat
1.      Lidi                                                    
2.      Cover glass                                                                 
3.      Object glass                                                                                                                
4.      Pipet                                                               
5.      Mikroskop                                          

-          Bahan
1.      Fases manusia
Dari :
Nama                     : Akbar ( L )
Umur                     : 2th
Alamat                  : Jl. Keputih Tegal gang 5
Kebiasaan              : Tidak memakai celana, sandal yang digunakan kotor, tubuh ada bintil-
   bintil
Lingkungan           : di kawasan TPA, pekerjaan orang tua pemulung, hewan peliharaan
    berkeliaran bebas, banyak sampah berserakan, lingkungan becek
2.      Lugol
3.      Eosin

G.    Langkah Kerja
-          Homogenkan feses dengan lidi
-          Tuangkan 1 tetes lugol dan eosin ke object glass yang berbeda agar telur dapat mudah dilihat
-          Feses yang telah dihomogenkan di letakkan di object glass dengan lidi
-          Ratakan dengan lidi
-          Tutup dengan cover glass
-          Periksa di mikroskop pada perbesaran 10x – 40x
H.    Hasil Pengamatan
-          Secara Makroskopik : 
Bau                  = Menyengat
Warna              = Hijau Tua
Konsistensi      = Lembek
Lendir             = Tidak Ada
Darah              = Tidak Ada

-          Secara Mikroskopik:
SM      = ada
B         = tidak ada
L          = tidak ada
E          = tidak ada
P          = tidak ada

I.       Kesimpulan :

-          Pada pemeriksaan, tidak ditemukan telur cacing pada feses. Jadi hasil dari praktikum feses adalah ( - )
-          Pemeriksaan parasit pada feses dengan 3 pemeriksaan, yaitu sbb,
a.       Makro : Bau, warna, konsistensi, lender, dan darah
b.      Mikro: leokosit, eritrosit, dan parasit
c.       Pemeriksaan kimia
-          Cacingan mudah menyerang pada anak anak
-          Hidup bersih adalah salah satu usaha agar terhindar dari penyakit cacingan





















Daftar Pustaka

Budi, siska. 2012. Pemeriksaan Feses http://siska-theanalyst.blogspot.com/2012/05/pemeriksaan-feses.html diakses 12 April 2013




Rabu, 05 Juni 2013

Parasitologi - Laporan Pemeriksaan Jamur pada Manusia

A.    Judul Laporan : Pemeriksaan Jamur pada Manusia
B.     Tanggal Praktikum : 5 Mei 2013
C.     Waktu : 13 : 00
D.    Tempat Pengambilan Sampel : Lingkungan Pondok Sosial Keputih, Surabaya
E.     Tempat Praktikum : Laboratorium Kesehatan Lingkungan Surabaya
F.      Tujuan : Mahasiswa mampu untuk melakukan pengambilan sampel untuk pemeriksaan jamur khususnya jamur kulit, kuku dan rambut.
G.    Dasar Teori
      Jamur yang bisa menyebabkan penyakit pada manusia antara lain adalah dermatofita (dermatophyte, bahasa yunani, yang berarti tumbuhan kulit) dan jamur serupa ragi candida albican, yang menyebabkan terjadinya infeksi jamur superficial pada kulit, rambut, kuku, dan selaput lendir. Jamur lainnya dapat menembus jaringan hidup dan menyebabkan infeksi dibagian dalam. Jamur yang berhasil masuk bisa tetap berada di tempat (misetoma) atau menyebabkan penyakit sistemik (misalnya, histoplasmosis).1

      Insidensi mikosis superfisial sangat tinggi di Indonesia karena menyerang masyarakat luas, oleh karena itu akan dibicarakan secara luas. Sebaliknya mikosis profunda jarang terdapat. Yang termasuk ke dalam mikosis superfisial terbagi 2: kelompok dermatofitosis dan non-dermatofitosis. Istilah dermatofitosis harus dibedakan di sini dengan dermatomikosis. Dermatofitosis ialah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk, misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut, dan kuku yang disebabkan golongan jamur dermatofita. Penyebabnya adalah dermatofita yang mana golongan jamur ini mempunyai sifat mencerna keratin. Dermatofita termasuk kelas fungi imperfecti yang terbagi dalam genus, yaitu microsporum, trichophyton, dan epidermophyton. Selain sifat keratolitik masih banyak sifat yang sama di antara dermatofita, misalnya sifat faali, taksonomis, antigenik, kebutuhan zat makanan untuk pertumbuhannya, dan penyebab penyakit.

      Penyakit infeksi jamur di kulit mempunyai prevalensi tinggi di Indonesia, oleh karena negara kita beriklim tropis dan kelembabannya tinggi. Dermatofitosis adalah infeksi jamur superfisial yang disebabkan genus dermatofita, yang dapat mengenai kulit, rambut dan kuku. Manifestasi klinis bervariasi dapat menyerupai penyakit kulit lain sehingga selalu menimbulkan diagnosis yang keliru dan kegagalan dalam penatalaksanaannya. Diagnosis dapat ditegakkan secara klinis dan identifikasi laboratorik. Pengobatan dapat dilakukan secara topikal dan sistemik. Pada masa kini banyak pilihan obat untuk mengatasi dermatofitosis, baik dari golongan antifungal konvensional atau antifungal terbaru. Pengobatan yang efektif ada kaitannya dengan daya tahan seseorang, faktor lingkungan dan agen penyebab. Prevalensi di Indonesia, dermatosis akibat kerja belum mendapat perhatian khusus dari pemerintah atau pemimpin perusahaan walaupun jenis dan tingkat prevalensinya cukup tinggi.

      Beberapa penelitian yang pernah dilakukan di Indonesia antara lain: 30% dan pekerja penebang kayu di Palembang dan 11,8% dan pekerja perusahaan kayu lapis menderita dermatitis kontak utama Wijaya (1972) menemukan 23,75% dan pekerja pengelolaan minyak di Sumatera Selatan menderita dermatitis akibat kerja, sementara Raharjo (1982) hanya menemukan 1,82%. Sumamur (1986) memperkirakan bahwa 50-60% dari seluruh penyakit akibat kerja adalah dermatofitosis akibat kerja. Dari data sekunder ini terlihat bahwa dermatofitosis akibat kerja memang mempunyai prevalensi yang cukup tinggi, walaupun jenis dermatofitosisnya tidak sama. Dan angka insidensi dermatofitosis pada tahun 1998 yang tercatat melalui Rumah Sakit Pendidikan Kedokteran di Indonesia sangat bervariasi, dimulai dari persentase terendah sebesar 4,8 % (Surabaya) hingga persentase tertinggi sebesar 82,6 % (Surakarta) dari seluruh kasus dermatomikosis.3

            Mikosis Superfisialis

Mikosis superfisialis adalah penyakit infeksi mukokutaneus yang paling banyak
dijumpai, disebabkan oleh infeksi jamur dengan kedalaman infeksi 1-2 mm. Penyakit ini timbul akibat perubahan lingkungan mikro di kulit, yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu dermatofitosis dan nondermatofitosis (Budimulja, 2002; Wolff, 2005; Odom dkk, 2000). 

      Dermatofitosis adalah penyakit pada jaringan yang mengandung zat tanduk (keratin), misalnya stratum korneum pada epidermis, rambut dan kuku, yang disebabkan golongan jamur dermatofita (Budimulja, 2002). Terdiri atas:

a. Tinea kapitis
Tinea kapitis adalah kelainan kulit pada daerah kepala berambut yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. 

b. Tinea korporis
Tinea korporis adalah infeksi jamur dermatofita pada kulit halus (glaborous skin) di daerah muka, badan, lengan dan glutea. 

c. Tinea kruris 
Tinea kruris adalah penyakit infeksi jamur dermatofita di daerah lipat paha, genitalia, dan sekitar anus, yang dapat meluas ke bokong dan perut bagian bawah. 

d. Tinea pedis et manum 
Tinea pedis et manum adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita di daerah kulit telapak tangan dan kaki, punggung tangan dan kaki, jari-jari tangan dan kaki, serta daerah interdigital. 

e. Tinea unguium 
Tinea unguium adalah kelainan kuku yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita.

f. Tinea imbrikata
Tinea imbrikata adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi jamur dermatofita yang memberikan gambaran khas berupa kulit bersisik dengan sisik yang melingkar-lingkar dan terasa gatal. 

g. Tinea barbae 
Tinea barbae adalah infeksi jamur golongan dermatofitosis yang mengenai daerah jenggot, jambang dan kumis. 

Nondermatofitosis terdiri atas:

a. Pitiriasis versikolor
Pitiriasis versikolor adalah infeksi jamur superfisial pada lapisan tanduk kulit yang disebabkan oleh Malassezia furfur atau Pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan, dan biasanya tanpa peradangan. Pitiriasis versikolor mengenai wajah, leher, badan, lengan atas, ketiak, paha dan lipat paha. 

b. Piedra
Piedra adalah infeksi jamur pada rambut, ditandai dengan benjolan (nodus) sepanjang rambut, dan disebabkan oleh Piedra hortai (black piedra) atau Trichosporon beigelii (white piedra).

c. Kandidiasis
Kandidiasis adalah penyakit kulit akut atau subakut, disebabkan jamur intermediat yang menyerang kulit, subkutan, kuku, selaput lendir dan alat-alat dalam.

H.    Alat dan Bahan
Alat :
-          Mikroskop
-          Kapas
-          Pipet Tetes
-          Scapel                                     
-          Petridish                                 
-          Obyek Glass   
-          Cover Glass    
Bahan :
-          KOH 10 %
-          KOH 10 %
-          Alkohol

I.       Langkah Kerja :

1.      Kulit
-          Kulit yang akan diambil sampelnya dibersihkan dengan kapas alkohol 70% untuk menghilangkan lemak, debu dan kotoran lainnya.  
-          Bagian yang aktif dan didapati jamur di kerok dengan skalpel dengan arah dari atas kebawah. 
-          Objek glass yang telah ditetesi KOH 10% 1-2 tetes diletakkan dibawah bagian yang dikerok (untuk melisiskan keratin)
-          Bahan diambil dan dipilih dari bagian lesi yang aktif, yaitu daerah pinggir terlebih dahulu. Dikerok dengan skapel sehingga memperoleh skuama yang cukup.
-          Lalu tutup dengan cover glass.
-          Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc, kemudian dibawa ke lab
-          Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x – 40x.

2.      Rambut
-          Rambut yang dipilih adalah rambut yang terputus-putus atau rambut yang warnanya tidak mengkilap lagi.
-          Objek glass tetesi dengan KOH 20%
-          Ambil sehelai rambut, potong dengan gunting
-          Letakkan di objek glass, tutup dengan cover glass
-          Letakkan di atas kapas beralkohol di petridisc, kemudian dibawa ke lab
-          Untuk pemeriksaan, fiksasi sebanyak 3x kemudian periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x – 40x
3.      Kuku
-          Bahan yang diambil adalah masa detritus dari bawah kuku yang sudah rusak atau dari bahan kukunya sendiri.
-          Kuku dibersihkan dengan alkohol 70%.
-          Kemudian kuku di kerok menggunakan skapel dan taruh pada objek glass kemudian tuangi dengan KOH 20-40% 1-2 tetes dan tutup dengan cover glass.
-          Simpan di petridisc yang telah ada kapas beralkohol untuk diperiksa di lab
-          Fiksasi  sebanyak 3x kemudian periksa dibawah mikroskop perbesaran 10x – 40x dan dilihat dibawah mikroskop perbesaran 10x. Dan yang dicari adalah hifa dan sporanya.

J.      Hasil Pengamatan
·         Kulit
Nama : Bu Ani
Hasil : Positif, terdapat hifa jamur
·         Rambut
Nama : Bu Nini
Hasil : Negatif
·         Kuku
Nama : Bu Yati
Hasil : Positif, terdapat senositif hifa tetapi tidak membentuk anyaman

K.    Kesimpulan

Jamur merupakan salah satu mikroorganisme penyebab penyakit pada manusia. Hal ini dapat diakibatkan oleh beberapa faktor. Jamu yang paling ditemukan di Indonesia adalah jamur kulit, kuku dan rambut. Dalam penelitian yang telah kami lakukan, jamur positif terdapat pada kuku dan kulit. Jamur yang didapat adalah hifa hifa jamur. Sedangkan pada rambut dalam penelitian yang kami lakukan tidak mendapatkan hasil negative. Untuk menghindari terjadinya jamur jamur tersebut dapat dilakukan dengan perilaku hidup bersih, hidup di lingkungan yang bersih, menerapkan pola hidup sehat dan memiliki kekebalan imun yang cukup.
Daftar Pustaka